ANALISIS KINERJA SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DESA MUDUNG KECAMATAN KEPOHBARU KABUPATEN BOJONEGORO

Air merupakan sumber daya esensial bagi kehidupan yang harus tersedia dalam kualitas dan kuantitas yang memadai. Desa Mudung, Kecamatan Kepohbaru, Kabupaten Bojonegoro, memiliki potensi sumber air yang besar, namun kualitasnya belum layak konsumsi karena rasa asin yang mengindikasikan masalah serius. Selain itu, ketersediaan air terbatas pada waktu tertentu, dan alirannya terganggu saat terjadi pemadaman listrik. Masalah ini mencerminkan kinerja distribusi air bersih yang kurang optimal, sehingga diperlukan perhatian dan perbaikan dari pihak penyedia jasa untuk mencegah dampak lebih lanjut. Penelitian ini berfokus pada: 1) Bagaimana kinerja sistem distribusi air bersih di Desa Mudung Kecamatan Kepohbaru Kabupaten Bojonegoro dilihat dari aspek kualitas, kuantitas, dan kontinuitas? dan 2) Faktor apa yang paling memengaruhi kinerja sistem distribusi air bersih masyarakat Desa Mudung?. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode studi kasus. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, kuesioner, dan dokumentasi, kemudian dianalisis menggunakan uji validitas, normalitas, reliabilitas, regresi enter, dan regresi stepwise.Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Faktor yang mempengaruhi kinerja sistem distribusi air bersih HIPPAM Desa Mudung Kecamatan Kepohbaru Kabupaten Bojonegoro berdasarkan hasil uji regresi enter antara lain: Kualitas Air (X1) sebesar 1,65%, Kuantitas Air (X2) sebesar 2,46%, Kontinuitas Air (X3) sebesar 9,39%, Standar Pipa (X4) sebesar 1,87%, Debit Air (X5) sebesar 0,89%, dan Operasional & Pemeliharaan (X6) sebesar 4,58%.; 2) Faktor yang memiliki pengaruh secara dominan terhadap kinerja sistem distribusi air bersih HIPPA Desa Mudung Kecamatan Kepohbaru Kabupaten Bojonegoro adalah kontinuitas air yakni sebesar 9,39%, disusul faktor operasional & pemeliharaan sebesar 4,58%, dan faktor kuantitas air sebesar 2,46%; dan 3) Pada analisis regresi stepwise, variabel kontinuitas air (X3) muncul dalam model pertama dengan nilai R2 sebesar 0.254, menunjukkan kontribusi sebesar 25.4% terhadap variabilitas Y secara signifikan (B = 0.220, p < 0.001). Model kedua menambahkan variabel operasional & pemeliharaan (X6), meningkatkan nilai R2 menjadi 0.342, di mana X3 (B = 0.206, p <0.001) dan X6 (B = 0.117, p =0.003) samasama berpengaruh signifikan. Pada model ketiga, variabel kuantitas air (X2) ditambahkan, sehingga nilai R2 meningkat menjadi 0.408. Ketiga variabel (X3, X6, X2) bersama-sama menjelaskan 40.8% variabilitas Y, dengan X3 tetap menjadi prediktor dominan (B = 0.210, p <0.001), diikuti X6 (B = 0.112, p = 0.003) dan X2 (B = 0.122, p = 0.007).