ANALISIS RISIKO PADA PROYEK KONSTRUKSI PENGEMBANGAN DESTINASI WISATA DE DANDER RESORT MENGGUNAKAN METODE FMEA (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS)

Manajemen risiko dalam proyek konstruksi bertujuan untuk mengurangi dampak negatif terhadap aspek keselamatan, kesehatan, dan lingkungan kerja. Hal ini dilakukan guna menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat, efisien, dan produktif, sesuai dengan standar OHSAS 18001. Risiko-risiko juga berpotensi muncul dalam pelaksanaan proyek konstruksi De Dander Resort, yang merupakan salah satu destinasi wisata unggulan di Kabupaten Bojonegoro dan memiliki tingkat kerawanan tinggi terhadap kecelakaan kerja maupun bencana. Penelitian dalam tugas akhir ini bertujuan untuk mengetahui potensi risiko apa saja yang mungkin terjadi, dan untuk bisa menentukan peringkat prioritas potensi risiko dari proyek konstruksi Pengembangan Destinasi Wisata De Dander Resort, serta memberikan saran untuk memberikan rekomendasi mitigasi risiko. Penelitian ini menerapkan metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) sebagai pendekatan analitis yang sistematis untuk mengidentifikasi potensi kegagalan dalam suatu proses, mengevaluasi dampaknya terhadap keselamatan kerja, serta keberlangsungan proyek. FMEA memungkinkan identifikasi berbagai risiko, analisis terhadap penyebab dan konsekuensinya, serta penilaian terhadap tiga parameter utama, yaitu Severity (tingkat keparahan), Occurrence (frekuensi kejadian), dan Detection (kemampuan deteksi). Ketiga parameter ini digunakan untuk menghitung Risk Priority Number (RPN), yang berfungsi sebagai indikator prioritas dalam penanganan risiko. Dalam konteks manajemen risiko proyek konstruksi, metode FMEA terbukti efektif, terutama dalam mengidentifikasi dan memprioritaskan potensi bahaya di lingkungan kerja. Hasil analisis menunjukkan bahwa risiko dengan RPN tertinggi adalah bencana alam (RPN = 43,94), diikuti oleh cuaca tidak menentu (RPN = 41,34), tenaga kerja tidak kompeten (RPN = 35,98), gangguan distribusi material akibat kondisi cuaca (RPN = 33,12), dan budaya kontraktor yang belum mengutamakan mutu (RPN = 32,82). Risiko-risiko ini dikategorikan sebagai prioritas utama untuk ditangani guna memastikan kelancaran pelaksanaan proyek.