ANALISIS PEMANFAATAN EMBUNG BROSOT SEBAGAI SUPLESI PADA LAHAN IRIGASI DESA DERU KECAMATAN SUMBERREJO KABUPATEN BOJONEGORO

Ketersediaan air merupakan salah satu tantangan utama dalam pengelolaan sumber daya alam, khususnya di sektor pertanian. Ketimpangan distribusi curah hujan, perubahan iklim, serta meningkatnya kebutuhan air di berbagai sektor menyebabkan tekanan terhadap sumber daya air semakin besar. Kondisi ini juga dirasakan di wilayah pedesaan seperti Desa Deru, Kecamatan Sumberrejo, Kabupaten Bojonegoro, yang bergantung pada irigasi untuk mendukung aktivitas pertaniannya. Dalam beberapa tahun terakhir, ketersediaan air untuk irigasi di wilayah ini menurun akibat berkurangnya kapasitas Waduk Pacal sebagai sumber utama air, dipicu oleh sedimentasi, perubahan iklim, dan peningkatan kebutuhan lintas sektor. Sebagai upaya alternatif, Embung Brosot dibangun untuk menyediakan suplesi air irigasi, khususnya pada musim kemarau. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan Embung Brosot dalam mensuplai kebutuhan air irigasi pada lahan seluas 4,8 hektar dengan pola tanam Padi-Padi-Palawija. Metode yang digunakan meliputi perhitungan kebutuhan air tanaman berdasarkan data iklim dan jenis tanaman, perhitungan ketersediaan air embung berdasarkan volume tampungan efektif, serta analisis neraca air untuk mengetahui tingkat keandalan embung dalam memenuhi kebutuhan irigasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa total kebutuhan air irigasi untuk dua musim tanam padi dan satu musim tanam palawija adalah sebesar 26.788,368 m3, dengan kebutuhan air irigasi untuk tanaman padi sebesar 22.309,392 m3, dan untuk palawija sebesar 4.478,976 m3. Sementara itu, ketersediaan air pada Embung Brosot hanya sebesar 2.809 m3. Berdasarkan analisis neraca air, tingkat keandalan embung dalam mensuplai kebutuhan air irigasi adalah sebesar 41,67%, dengan pemenuhan kebutuhan hanya terjadi pada bulan Juli hingga November, sedangkan pada bulan Desember hingga Juni terjadi defisit air. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa Embung Brosot belum mampu secara optimal memenuhi kebutuhan irigasi sepanjang tahun. Hasil ini dapat menjadi acuan dalam perencanaan pengelolaan air yang lebih efisien serta peningkatan fungsi embung dalam mendukung keberlanjutan pertanian di wilayah tersebut.